Penanaman gender



PENANAMAN PENYETARAAN GENDER PADA TEMBANG LELA LEDHUNG
*)Dra. ISTIANA, M.Pd
   

Tak lela lela lela ledhung, cup menenga aja pijer nangis, anaku sing ayu rupane, yen nangis ndhak ilang ayune, tak gadhang bisa urip mulya, dadiya wanita utama, ngluhurke asmane wong tuwa, dadiya pendekaring bangsa, wis cup menenga anaku, kae mbulane ndadari, kaya buta nggegilani, lagi nggoleki cah nangis, tak lela lela lela ledhung, cup meneng aja pijer nangis, tak emban slendhang bathik kawung, yen nangis mundhak ibu bingung.
(ayu bisa diganti bagus, ayune bisa diganti baguse, wanita bisa diganti priya)

Ditilik dari segi substansi bait yang ada dalam tembang tersebut, ada pesan-pesan kesetaraan gender di tengah-tengah masyarakat Jawa yang notabenenya sangat mengukuhkan budaya patriarkhi dengan jargon ‘laki-laki’nya. Tembang ini dibuat sekitar abad 18, tetapi hanya beberapa orang saja yang menyadari betapa sejatinya mengandung pesan-pesan penyetaraan gender yang luar biasa, sehingga patut diapresiasi. Mengandung makna sebuah cita-cita luhur setiap orang tua terhadap anak-anaknya. ‘dadiya wanita utama, ngluhurke asmane wong tuwa, dadiya pendekare bangsa’, disinilah letak kesetaraan yang dimaksud. Wanita pada abad itu hanya bertugas sebagai kanca wingking yang mempunyai kewajiban macak, masak dan manak saja. Sebagai wanita utama bukanlah hal yang mudah, dalam hal ini berorientasi pada sikap, perilaku, tatacara kehidupan dan lebih-lebih pada nilai-nilai susila, sosial kemasyarakatan. Sebagai wanita bagian dari warga masyarakat yang handal dan disegani dalam tata kehidupan masyarakat, sabagai istri dan sebagai ibu yang mulia. ‘Dadiya pendekaring bangsa’ bisa diibaratkan menjadi pemimpin atau pejuang bangsa yang harus ikut serta mutlak dalam usaha menyelamatkan Republik dan nanti kalau Republik telah selamat, ikut secara mutlak dalam usaha mennyusun Negara Nasional (lihat Soekarno dalam Sarinah: 328).
Sungguh cita-cita yang sangat mulia dan butuh kekuatan yang besar dari berbagai aspek untuk mewujudkanya. Baik dari segi pendidikan, sosial, ekonomi, politik, dalam realita menurut penelitian ahli-ahli bahwa laki-laki sebetulnya juga tidak lebih cerdas dari wanita, hanya memang ada perbedaan dalam cara penyelesaian masalah (way of problem solving), dan perbedaan tersebut tidak menunjukan pada kualitas berpikir. Bahkan perbedaan-perbedaan tersebut membuat keduanya (wanita dan pria) menjadi lengkap (teori keseimbangan Taoisme). Bahkan kombinasi dua gaya berfikir dan perbedaan kedalaman emosional, menjadi kombinasi yang sangat istimewa jika bekerjasama. Pada kenyataannya ada semacam dikotomi eksistensial yang tidak mungkin disamakan atau disatukan, tetapi bisa disandingkan layaknya seperti siang malam. Jika kenyataan ini disadari penuh, makna gender (suatu konstruksi sosial atas perbedaan peranan perempuan memang berbeda yang tidak menghasilkan perbedaan tingkat kecerdasan (level of intelegence).
Syair ‘tak emban slendhang batik kawung’, adalah penghargaan yang sungguh luar biasa terhadap kaum wanita. Batik kawung, batik berasal dari kata ambatik yang artinya kain dengan titik-titik kecil. Tik sendiri artinya titik dan batik merupakan kain yang diberi motif dengan menitikan malam di atasnya. Dahullu, batik hanya digunakan oleh kalangan kerajaan, karena teknik pembuatan dan motif yang terkandung di dalamnya. Sebuah catatan sejarah mengatakan bahwa Sultan Agung raja terkenal dari Mataram menggunakan batik sebagai pakaian kebesaran. Morif kawung adalah salah satu motif tertua yang dikenal dalam sejarah pembuatan batik, berupa lingkaran-lingkaran yang saling menempel, dihiasi beberapa ornamen dekorasi lainya seperti garis-garis yang bersilangan ataupun titik-titik lainya yang ada di dalam lingkaran-lingkaran itu. Diilhami oleh sebatang pohon aren yang buahnya dinamakan kolang-kaling. Seluruh bagian pohon ini bermanfaat nagi kehidupan manusia baik batang, daun, nira dan buahnya. Sedang nama kawung diilhami nama hewan yang selalu menempel di pohon tersebut.  Hal ini mengisyaratkan bahwa yang memakai batik kawung adalah manusia yang bermanfaat bagi kehidupan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.  motif ini dahulu hanya digunakan kalangan kerajaan Yogyakarta, tidak dipergunakan kalangan umum.
Inilah tembang lela ledhung yang muncul abad 18 yag sebagian besar wanita dianggap sebagai pelengkap pria, yang lemah, ternyata sangat diagungkan disini. Diemban nganggo slandang batik kawung mempunyai makna bahwa tidak hanya laki-laki ningrat saja yang berhak memakai batik kawung, tetapilaki-laki ningrat HARUS dan WAJIB menjunjung tinggi derajat wanita. Dengan makna penyetaraan gender yang patut diapresiasi oleh wanita-wanita Indonesia. Baru pada tahun 2000 dengan munculnya Inpres no. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG), UU no. 23 tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), kesepakatan ICPD 1994 di Cairo tentang Kesetaraan dan Keadilan Wanita dan Keluarga, penyetaraan gender gencar diperdengarkan di kalangan masyarakat Indonesia. Secara tersirat adalah memberi peluang bagi wanita-wanita supaya menjadi manusia ideal, yang unggul serta mempunyai hidup bermakna.

             Mengapa tembang ini dilagukan pada saat anak menjelang tidur dalam bahasa lain ketika seorang ibu meninabobokan sang buah hati. Penelitian tetang keadaan gelombang otak dengan menggunakan alat EEG suatu alat atau teknik  untuk mengukur, merekam aktifitas listrik kulit otak, pada sebuah tengkorak yang utuh. Dasar pemeriksaan ini adalah adanya aliran listrik pada permukaan otak (kulit otak). Pengaliran listrik itu berbeda-beda pada setiap waktu terutama bergantung pada setiap aktifitas si pemilik otak. Perubahan-perubahan direkam oleh alat ini ke dalam kertas yang dinamakan ensefalogram.
            Ada 4 jenis gelombang otak  yang merekam aktifitas manusia sepanjang hari, sepanjang waktu. Keempat jenis tersebut adalah sebagai berikut (1) Delta, frekuensi otak berkisar 0,5 – 3,5 Hz. Dalam keadaan seperti ini biasanya manusia dalam keadaan tidur tanpa mimpi atau manusia dalam keadaan netral. Tidak melakukan apapun (karena mimpi juga memiliki makna dalam pengzonsolisadian otak), otak dalam keadaan nyaris tidak bekerja sama sekali, menurut penelitian beberapa ahli kedokteran, kodisi semacam ini sangat prima untuk menyembuhkan penyakit. (2) Teta, frekuensi gelombang otak berkkisar antara 3,5 – 7 Hz. Ketika seseorang dalam keadaan tidur dengan bermimpi, perlu diketahui bahwa sebetulnya mimpi yang menurut sebagian orang adalah ‘bunga tidur’ adalah suatu anggapan yang salah, sebab mimpi adalah ‘pintu’ atau ‘jalan’atau sarana bagi otak untuk mewartakan diri seperti yang diungkapkan oleh Freud dengan psikoanalisisnya bahwa mimpi adalah salah satu cara untuk mengatasi stress, bahkan dalam tradisi Islam sebagaimana ditunjukan oleh Nabi Yusuf merupakan seorang penakwil mimpi yang hebat, sehingga mimpi mendapat perhatian yang luar biasa. Maksudnya adalah jika pikiran manusia sulit untuk memecahkan masalah dalam keadaan sadar, maka mimpi bisa menjadi ‘pintu’ untk bisa muncul ke alam sadar. Keadaan teta ini biasa melahirkan ide-ide kreatif atau mendapat jawaban dari sesuatu yang sulit diperoleh dalam keadaan sadar. Keadaan ini menurut penelitian ahli kedokteran juga merupakan kondisi penyembuhan yang sangat baik. (3) Alfa, gelombang otak berkisar antara8 - 13 Hz. Dalam keadaan ini sangat baik untuk belajar atau memasukkan nilai-nilai. Dalam keadaan ini, ingatan mudah diendapkan pada kulit otak. Sehingga untuk mengingat dengan baik, otak harus perada dalam keadaan alfa. Keadaan alfa ini memberi kontribusi 88% seseorang dalam ‘melamun’ tetapi bukan sekedar melamun atau lebih dikatakan dalam keadaan ‘trans’ untuk menuju alam bawah sadar, saat ini otak dibiarkan bekerja secara relaks. Bolehlah dikatakan kondisi ini terjadi pada saat menjelang tidur. Saat inilah dipakai oleh ibu- ibu Jawa untuk memasukkan nilai-nilai luhur melalui dongeng-dongeng (story telling) dan tembang-tembang Jawa. (4) Beta, frekuensi gelombang otak berkisar diatas 13 Hz, keadaan ini terjadi pada saat manusia dalam keadaan bingung, stress, bercampur aduk segala masalah sehingga otak tidak bisa fresh. Pada saat inimenunjukkan kinerja logis otak, panca indra berperan sangat penting. Otak dalam kondisi beta ini adalah otak analitis dan bekerja secara vertikal.   

 
           

Komentar

Postingan Populer